"Memangnya kau terkena kanker apa?" tanya Kang Woo penasaran.
"Aku sudah bilang, jangan tanya." kata Seok Bong.
"Walaupun kau tidak memberitahu orang lain, paling tidak beri tahu aku." kata Kang Woo. "Aku kan temanmu."
"Jika aku memberitahu padamu, kau akan beranggapan aneh." kata Seok Bong.
"Baiklah, jika kau pikir aku orang seperti itu." ujar Kang Woo ngambek. "Aku tidak akan bermain lagi denganmu walaupun kau anak presiden."
Kang Woo berjalan berjalan pergi dengan kesal.
"Hanya kau saja yang tahu!" seru Seok Bong.
Kang Woo mengangguk. Seok Bong membisikkan sesuatu di telinga Kang Woo.
"Apa?!" seru Kang Woo terkejut. "Oh my god!"
Seok Bong dan Kang Woo menemui seorang reporter bernama Bang Song Jin.
"Kau tahu Boo Tae Hee, bukan?" tanya Seok Bong.
"Boo Tae Hee? Siapa yang tidak tahu dia?" tanya Song Jin.
"Kami ingin kau memberitahu kami segalanya yang kau tahu tentang dia." kata Kang Woo.
"Dengan gratis?" tanya Song Jin, protes. "Take and give."
"Putri tunggal Perusahaan Oh Sung sedang berpacaran dengan Choo Woon Suk dari Perusahaan Frontier." kata Seok Bong. "Bagaimana dengan itu?"
"Apa?" Song Jin terkejut. Akhirnya ia memberitahu Seok Bong semua yang ia tahu mengenai Tae Hee.
1. Tae Hee tidak akan mau mengenakan pakaian yang dimilikinya dua kali, walaupun harga pakaian itu ratusan ribu won.
2. Choo Woon Suk dalah orang yang paling ia inginkan, sedangkan Lee Shin Mi adalah orang yang paling ia benci.
"Karena ia membenci Lee Shin Mi, maka ia membeli lahan itu." gumam Seok Bong.
"Itu artinya, pekerjaan ini tidak akan mudah." kata Kang Woo. "Apa kelemahan Boo Tae Hee?"
"Ia punya satu kelemahan." kata Song Jin. "Tubuhnya mudah sekali gemuk walaupun ia hanya minum air. Ketika masih SMU, kudengar berat badannya pernah mencapai 176 pon."
"Hanya gosip?" tanya Kang Woo. "Itu artinya kau tidak tahu apakah itu benar atau tidak."
"Perusahaan Buho menghancurkan semua foto dan barang bukti." kata Song Jin. "Aku sudah memberitahu semua yang kutahu tentang dia. Sekarang giliranmu memberitahuku mengenai Lee Shin Mi dan Choo Woon Suk."
Shin Mi mengeluarkan lotion sampel dari dalam tas, kemudian memakainya.
"Apakah kau tidak percaya bahwa ia benar-benar menderita kanker?" tanya So Jung pada Shin Mi.
"Aku lebih percaya matahari terbit di barat." ujar Shin Mi sinis. "Kau sangat buruk dalam menilai karakter orang. Tidakkah kau melihat bahwa di dahinya tertulis, 'Aku akan melakukan apapun demi uang'?"
"Aku tidak melihatnya." jawab So Jung. "Sejauh yang kulihat, dia benar-benar butuh uang dengan darurat."
"Lalu kenapa kau tidak memberikan uang padanya?" tanya Shin Mi. "Aku tidak akan mau memberikan uang padanya sepeserpun."
Ketua Tim Yoo menemui Shin Mi. Ia belum juga menemukan cara dan rencana untuk mendapatkan lahan dari Tae Hee.
"Jika kau tidak bisa mendapatkan lahan itu, maka jangan meminta bayaran gaji." kata Shin Mi dingin. "Jika kau tidak ingin itu terjadi, kau bisa harus menemukan cara."
Ketua Tim terdiam.
Seok Bong dan Kang Woo mencoba masuk ke perusahaan Buho, namun penjaga mengusir mereka dengan kasar.
Beberapa saat kemudian, Tae Hee datang bersama asistennya.
"Apa?" tanya Tae Hee ketika Seok Bong menghalangi jalannya.
"Kau tidak ingat?" tanya Seok Bong. "Kau menamparku di pesta."
"Ah!" Tae Hee tiba-tiba teringat. "Serangga yang menjijikkan! Sekretaris Yoon, semprot sedikit obat serangga."
Tae Hee hendak berjalan masuk, namun Seok Bong memegang lengannya untuk menahannya. Kang Woo menarik Sekretaris Yoon pergi dengan paksa.
"Aku ingin membicarakan sesuatu padamu." kata Seok Bong.
"Aku tidak punya waktu bicara denganmu!" tolak Tae Hee kasar.
"Bong!" teriak Kang Woo, kembali dalam keadaan babak-belur. Tangannya dipelintir ke belakang oleh Sekretaris Yoon. "Lebih baik kita pergi. Bibi ini menakutkan."
Dengan kasar, Seok Bong menghalangi jalan Tae Hee. Terjadi keributan disana hingga para satpam datang untuk turun tangan.
Seok Bong dan Kang Wo pulang dengan putus asa. Mereka tidak tahu cara apa yang bisa digunakan untuk mendapatkan tanda tangan Tae Hee.
"Sebenarnya kau terkena kanker apa?" tanya adik Kang Woo. "Aku akan membujuk ibuku untuk.."
Kang Woo menarik adiknya keluar dari kamar Seok Bong. "Jangan bertanya lagi padanya." kata Kang Woo. "Bagaimana seorang pria menderita kanker itu. Sangat memalukan."
"Memangnya apa?" tanya adik Kang Woo penasaran. Tiba-tiba ia sadar. "Hah? Itu tidak mungkin... Apakah di... situ...?"
Malam itu, Shin Mi berjalan sendirian saat kembali dari membeli kopi. Ketika ia hendak masuk ke dalam hotel, terdengar suara kotak musik berbunyi. Shin Mi berjalan mendekati kotak musik itu dan mengambilnya. Tiba-tiba lampu mati sekejap, kemudian menyala kembali.
Choo Woon Shuk memainkan sebuah piano di tengah es dan bernyanyi untuknya.
Shin Mi dan Woon Suk berbincang di bar.
"Di luar sangat dingin dan membuat tanganmu beku." kata Shin Mi. "Lagipula kau pasti menghabiskan banyak uang untuk memindahkan piano ke luar. Lagu yang kudengar hanyalah tentang membuang-buang uang."
Woon Suk tertawa. "Aku tidak terlalu peduli soal uang." katanya. "Sejujurnya, tanganku memang beku."
Shin Mi tersenyum. "Sekarang aku mengerti kenapa Tae Hee menyukaimu." katanya. "Kau mau menghabiskan banyak uang untuknya."
"Ah, bisa kutarik kesimpulan kalau kau juga suka denganku." kata Woon Suk.
"Kakak, bagiku..."
Woon Suk menyuruh Shin Mi berhenti bicara. "Baik, aku mengerti." Ia kemudian mengangkat tangan pada pelayan untuk membawakannya sesuatu.
Di lain pihak, Seok Bong sedang mencari Shin Mi kemana-mana.
"Ini, cobalah." Woon Suk memberikan segelas minuman pada Shin Mi.
Shin Mi hendak meminum minuman itu.
"Direktur." tiba-tiba Seok Bong datang.
"Untuk apa kemari?" tanya Shin Mi sinis.
"Mungkinkah aku datang hanya karena merindukanmu?" balas Seok Bong dingin. "Aku ingin memastikan sesuatu."
"Tentang apa?"
Seok Bong meletakkan proposal hotel baru di meja. "Menandatangani ini. Apakah kau menyuruhku karena sudah mengira bahwa ini mustahil? Gampangnya, hanya ingin mempermalukan aku?"
"Benar." jawab Shin Mi singkat.
"Kau benar-benar berpikir bahwa aku tidak mungkin bisa menyelesaikan tugas ini?" tanya Seok Bong lagi. "Kau pikir tidak ada sedikit harapanpun bagiku menyelesaikan ini?"
"Tidak." jawab Shin Mi. "Tidak sedikit harapanpun. Kau harus menyerah untuk mendapatkan uang 100 juta dariku."
Seok Bong kesal setengah mati. "Aku menyerah." katanya. "Lee Shin Mi, orang yang kupercaya bisa menyelamatkan nyawaku, yang memiliki sedikit kemanusiaan... Aku menyerah pada pikiran itu."
"Apa?"
"Kau adalah orang berdarah dingin, yang memberikan air pada orang yang tenggelam. Hargamu adalah 100 juta won? Bagiku, hargamu tidak lebih dari 1 won. Tolonglah hidup sebagai manusia yang memiliki kemanusiaan."
Shin Mi hendak membuka mulutnya untuk bicara, tapi Seok Bong mengangkat tangan, menyuruhnya diam.
"Biar kukatakan padamu. Lebih baik kau bersiap dengan uang 100 juta won. Aku pasti akan mengambilnya."
Dengan emosi, Seok Bong meminum minuman pemberian Woon Suk. Woon Suk berniat menghalangi, tapi terlambat.
Setelah meminum minuman tersebut sampai habis, Seok Bong batuk. Dari dalam mulutnya, ia menemukan sebuah cincin berlian.
Shin Mi marah pada Woon Suk dan menegaskan sekali lagi bahwa ia sama sekali tidak tertarik pada cinta dan pernikahan. Woon Suk berkata ia merasa kasihan pada Shin Mi, kemudian berjalan pergi meninggalkannya.
"Bagaimana seorang pria bisa menderita kanker payudara?" tanya ibu Kang Woo pada putrinya ketika putrinya meminta ibunya memberikan uang pada Seok Ho. "Aku tidak punya uang!"
Kang Woo berniat membantu Seok Bong dengan menggunakan surat gelap. Dengan bantuan reporter Song Jin, ia berhasil menemui seorang wanita teman lama Tae Hee. Kang Woo membeli foto lama Tae Hee ketika Tae Hee culun dan gendut.
Sambil menangis sesungukan, wanita itu berkata bahwa ia terpaksa menjual foto Tae Hee karena ia butuh uang untuk anaknya yang sedang sakit parah.
Kang Woo ikut menangis. Ia juga terpaksa melakukan itu karena Seok Ho sakit parah. Mereka berdua saling menangis.
Seok Bong menemui Woon Suk di sebuah restoran. Woon Suk menawarkan diri untuk memberi Seok Bong yang 100 juta sebagai ucapan terima kasih karena telah menolong nyawa Shin Mi.
Seok Bong menolak. Ia berkata bahwa ia ingin tetap berusaha mendapatkan uang itu dari Shin Mi. Seok Bong sudah bertekad. Sebagai gantinya, Seok Bong meminta bantuan Woon Suk agar bisa bertemu Tae Hee.
Di kantornya, Tae Hee sedang menonton sebuah video fashion show. Ia sudah menyiapkan project perusahaan selanjutnya, yakni mengenalkan Donna pada Korea. Tiba-tiba Woon Suk masuk.
"Woon Suk!" seru Tae Hee terkejut.
"Kuharap aku tidak mengganggu pekerjaanmu." kata Tae Hee.
"Tidak." ujar Tae Hee cepat. "Dalam pikiranku, urutan kedua setelah Woon Suk adalah Donna. Tapi kau tidak menelepon dulu. Ada masalah? Aah! Apakah kau datang kemari karena merindukanku?"
Seok Bong berjalan masuk.
"Tolong berikan sedikit waktu untuknya demi aku." kata Woon Suk, kemudian pergi.
Seok Bong menyerahkan proposal pada Tae Hee.
"Jika aku berniat menjualnya, maka aku tidak akan membelinya." kata Tae Hee dingin. "Aishhh... Pusing kepalaku. Aku tidak tahu kenapa Lee Shin Mi mengirim orang seperti kau untuk melakukan tugas ini. Kau belum memenuhi kualifikasi untuk bicara denganku. Keluar."
"Apa yang bisa kau dapatkan dengan menahan lahan itu?" tanya Seok Bong. "Apakah dnegan tidak menjual lahan itu akan membawa Manajer Choo ke sisimu? Kelihatannya tadi malam Manajer Choo memberi sebuah cincin berlian pada Direktur Lee."
"Tidak mungkin!" teriak Tae Hee. "Itu sangat tidak mungkin!"
"Jika kau mau menandatangani proposal itu, aku akan membantumu." ujar Seok Bong menawarkan. "Jika kau menjual lahan itu, aku akan menjadi laki-laki yang bisa melakukan apa saja. Aku tidak tahu kenapa Manajer Choo sangat menyukai Direktur Lee Shin Mi. Aku akan memberimu waktu 3 hari. Kuharap kau bisa membuat keputusan yang bijaksana."
"Aku menghabiskan semua tabunganku agar bisa mendapatkan ini untukmu." kata Kang Woo, menunjukkan foto Tae Hee culun dan gendut pada Seok Bong. "Pikirkan mengenai kankermu dulu sebelum memikirkan hal lain."
Seok Bong menarik napas. "Demi kanker, aku harus menjadi orang seperti kanker?" tanyanya. "Kang Woo, aku tidak akan mengirimkan surat gelap padanya. Aku hanya ingin bernegosiasi."
Seok Bong bangkit dari duduknya. "Dimana wanita itu? Aku akan mengembalikan ini padanya."
"Wanita itu bilang ia butuh yang untuk anaknya yang sedang sakit." kata Kang Woo. "Jika kau mengembalikan foto itu, itu artinya ia juga harus mengembalikan uangnya."
"Kalau begitu, aku akan mengembalikan pada Tae Hee." ujar Seok Bong.
Tae Hee mengumumkan bahwa ia akan segera mendatangkan Donna Plymouth pada pers. Hanya tinggal tunggu waktu.
Wanita gemuk yang menjual foto Tae Hee gendut pada Kang Woo datang diambil menangis-nangis ke kantor Tae Hee. Ia mengatakan bahwa ia terpaksa menjual foto itu demi anaknya.
Beberapa saat kemudian, Seok Bong masuk ke kontornya dan menyerahkan foto tersebut di atas meja.
"Jadi kau." ujar Tae Hee. Ia marah dan menyiram Seok Bong dengan air. "Kau sampah! " Tae He berpaling pada wanita yang menjual foto. "Kau bilang anakmu sakit? Aku akan lebih sakit jika memiliki seorang ibu sampah sepertimu!"
"Ada apa dengan sampah?" tanya Seok Bong. "Sampah tidak dilahirkan sebagai sampah. Sebuah benda menjadi sampah setelah dipergunakan. Tidakkah kau tahu betapa sulitnya ia harus melakukan tindakan seperti itu? Anaknya sakit!"
"Diam!" bentak Tae Hee. "Apakah Lee Shin Mi yang memerintahkan kau melakukan ini?!"
Mendadak Lee Shin Mi masuk. "Apa maksudmu?" tanyanya.
Tanpa berkata apa-apa, Tae Hee langsung menampar Shin Mi. "Kau memerintahkan orang untuk mengirim surat gelap padaku?! Putri Perusahaan Oh Sung mengirim surat gelap. Itu sangat menarik."
Shin Mi mengambil dan melihat foto dia atas meja. Ia menoleh pada Seok Bong dengan marah. "Inikah yang bisa kau lakukan?" Shin Mi berjalan pergi.
"Dengarkan penjelasanku!" teriak Seok Bong. "Tidak ada yang mau mendengarkan penjelasanku!"
So Jung mendekati Seok Bong. "Aku akan mendengarkan." katanya.
Seok Bong berpikir. Bagaimana cara untuk mendapatkan tanda tangan Tae Hee? Tiba-tiba Seok Bong mendapat ide, yakni Donna Plymouth. Ia akan menggunakan Donna Plymouth untuk bertukar dengan lahan di Pulau Jeju.
Ia mengutarakan rencananya itu pada Shin Mi.
Saat hari kedatangan perancang Donna Plymouth, Teria Park, dan istrinya, Malalie, di bandara Korea. Seok Bong menyuruh Kang Woo untuk mengempeskan ban mobil Tae Hee agar tidak bisa menjemput Teria dan Malalie.
Seok Bong dan Kepala Tim menjemput Teria dan Malalie di bandara.
Seok Bong pandai menilai situasi. Ia bisa melihat bahwa Teria sangat mencintai istrinya, Malalie. Seok Bong berniat menggunakan Malalie untuk menarik perhatian Teria.
"Malalie, apakah kau merasa tidak nyaman?" tanya Teria ketika melihat istrinya mengernyit.
"Sepertinya kalian kelelahan." ujar Seok Bong. "Kami akan mengantarmu menuju hotel terlebih dulu."
Di Hotel Oh Sung, Lee Shin Mi menemui Teria di ruang pertemuan. Malalie saat itu sedang beristirahat di kamar hotel.
"Apa?! Oh Sung?!" seru Teria bingung. "Kudengar kami akan menandatangani kontrak dengan Nona Boo Tae Hee dari Perusahaan Buho."
"Memang benar." kata Shin Mi. "Tapi Perusahaan Oh Sung juga sangat tertarik pada Donna Plymouth."
"Apa yang terjadi disini?" tanya Teria, menjadi agak marah.
Mendadak Tae Hee dan asistennya datang. "Teria Park, aku adalah Boo Tae Hee dari Perusahaan Buho."
"Ooohh.. kau kelihatan luar biasa." komentar Teria melihat penampilan Tae Hee.
"Maaf, karena mobil kami bermasalah." ujar Tae Hee. "Bagaimana jika kita menuju hotel dulu?"
"Tentu saja." kata Teria setuju.
Ketika Teria dan Tae Hee hendak berjalan pergi, So Jung dan Kapten Hotel datang dengan panik.
"Nona, kita ada masalah." kata Kapten Hotel. "Malalie jatuh di kamarnya."
"Malalie, bertahanlah!" kata Teria cemas setengah mati. Ia berlutut di hadapan istrinya dengan panik.
"Darling, dadaku terasa sesak dan susah bernapas." ujar Malalie. "Cepat panggil ambulans."
Tae Hee menyuruh asistennya untuk menelepon ambulans. Kapten Hotel menghalangi asisten dengan menyentuh ponsel asisten. "Aku sudah menelepon." katanya. Asisten Tae Hee tersipu malu ketika secara tidak sengaja tangannya tersentuh tangan Kapten Hotel.
Seok Bong berpikir. Ia meminjam bros Shin Mi, kemudian mendekati Malalie. Seok Bong mengurut tangan Malalie sedikit agar darah kotornya mengalir ke jari, kemudian hendak menusuk ujung jari Malalie dengan jarum bros.
"Apa yang akan kau lakukan pada istriku?" tanya Teria cemas.
"Bertahanlah sedikit." ujar Seok Bong pada Malalie dalam bahasa Inggris. "Aku akan menggunakan cara pengobatan tradisional."
Seok Bong menusuk ibu jari Malalie hingga mengeluarkan darah. Malalie berteriak kesakitan. Teria marah dan menarik kerah jas Seok Bong.
"Aku hanya mengeluarkan darah kotor karena aliran darahnya tersumbat." ujar Seok Bong. "Ia akan segera sembuh."
"Bagaimana jika ia tidak sembuh?" tanya Tae Hee. "Apa kau mau bertanggung jawab? Dasar bodoh."
Malalie akhirnya merasa lebih baik. Ia sangat berterima kasih pada Seok Bong. Teria senang dan memeluk Seok Bong.
"Setelah berunding dengan istriku, Malalie, kami, Donna, akan memberi kesempatan yang sama pada Oh Sung dan Buho." kata Teria.
"Apa maksudmu?!" tanya Tae Hee kesal. "Kau membuat kesepakatan lebih dulu dengan kami, bukan?!"
Teria Park menjelaskan. Ia meminta pihak Oh Sung dan Buho bertanding. Pertandingan pertama adalah mendemonstrasikan selera mode masing-masing pihak. Pertandingan kedua adalah menyiapkan sebuah design untuk mantel musim dingin.
Choo Young Dal adalah pemimpin Perusahaan Frontier sekaligus Ayah Woon Suk. Sebagai informasi tambahan, pria ini adalah pria yang terkejut ketika melihat kalung Seok Bong di episode 1.
Young Dal dan Ayah Tae Hee, Boo Kwi Ho, sedang berbincang di sebuah restoran. Di restoran yang sama namun di ruangan berbeda, Woon Suk dan Ayah Shin Mi, Lee Jong Heon juga sedan bertemu.
Kwi Ho memaksa Young Dal agar memanggil Woon Suk sebentar untuk menemuinya. Namun mendadak Woon Suk harus pergi ke suatu tempat untuk mengurus pekerjaannya. Woon Suk tidak lain harus pergi ke tempat pertandingan Donna Plymouth.
Pertandingan antara Oh Sung dan Buho untuk menjadi partner Donna Plymouth di mulai.
Ketika Tae Hee keluar dan berjalan melewati pada tamu bersama asistennya, para tamu bertepuk tangan ramai untuknya. Ketika Shin Mi dan Soo Jung berjalan, para tamu hanya bertepuk tangan sekenanya.
Tae Hee menjelaskan mengenai mantel bulu binatang rancangannya pada para tamu. "Tidak ada yang lebih hangat daripada mantel bulu binatang untuk musim dingin." katanya.
"Mantel wool ini dibuat dengan 100% wool murni." kata Shin Mi, kelihatan tidak yakin ketika menjelaskan mantel yang dikenakan So Jung. Ia sendiri tidak yakin bahwa mantel wool bisa mengalahkan mantel bulu binatang, tapi Seok Bong bersikeras.
"Oh, tidak, tidak, tidak!" kata Teria, menggeleng-geleng. "Mantel wool biasa seperti itu sudah pasaran. Sepertinya Oh Sung tidak mengerti image kami. Partner kami tetap Perusahaan Buho."
"Rahasia mantel ini adalah pada lapisannya." Seok Bong tida-tiba berseru, kemudian maju ke depan. "Ini adalah Teknik Yang chan. Teknik jahitan tangan seperti ini juga disebut dengan quilting. Di mantel ini ditambahkan kapas atau bulu diantara lapisan terluar dan dalam, kemudian dijahit dengan paralel."
"Jadi, semua ini hanya kapas?" tanya Teria.
"Ya, hanya kapas." jawab Seok Bong. "Tapi, kapas lebih sefektif dibanding bulu binatang apapun." Seok Bong bahkan menjelaskan mengenai apa yang digunakan tentara Korea dalam perang untuk menahan dingin.
Malalie ingin mencoba mantel tersebut. "Kelihatannya memang biasa, tapi tidak akan ada yang menyadari lapisannya dan bagiannya yang hangat."
"Oh, honey, kau sangat menyukai mantel ini?" tanya Teria.
"Kita hanya perlu memperbaiki lapisannya." kata Malalie. "Kurasa ini bukan pilihan buruk untuk koleksi mantel musim dingin Donna."
Mendengar pujian yang dilontarkan Malalie, akhirnya Teria menyatakan bahwa Oh Sung-lah yang memenangkan pertandingan dan menjadi partner Donna Plymouth.
Tae Hee berteriak-teriak marah.
Seok Bong tersenyum. Rupanya ia mengetahui bahwa Malalie adalah pemimpin Kelompok Perlindungan Binatang.
Karena Oh Sung berhasil mendapatkan Donna Plymouth, Tae Hee terpaksa menandatangani pertukaran kontrak Donna Plymouth dengan lahan di Jeju.
Shin Mi mengajak Seok Bong ke rumahnya.
"Tunggulah disini." ujar Shin Mi, menyuruh Seok Bong menunggu di ruang tamu. "Aku akan melapor pada Pemimpin."
Seok Bong menunggu sambil memegang proposal. Tiba-tiba seekor anjing datang dan merebut proposal dari tangan Seok Bong.
"Lepaskan!" kata Seok Bong, mengejar-ngejar anjing itu sampai ke sebuah ruang kerja.
Di ruang kerja itu, secara tidak sengaja Seok Bong melihat sebuah amplop dengan lambang seperti lambang di kalungnya.
"Apa yang kau lakukan disini?!" seru Lee Jong Heon, memergoki Seok Bong.
cr :http://princess-chocolates.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar