"Sedang apa kau disini?" tanya Lee Jong Heon. "Masuk ke ruang kerja orang lain tanpa izin! Letakkan surat itu!"
Shin Mi datang berlari-lari. "Kenapa kau masuk ke sini?" tanyanya pada Seok Bong. Ia menoleh pada ayahnya. "Maafkan aku." Ia menarik Seok Bong keluar dari ruangan itu.
Shin Mi membawa Seok Bong pergi. Seok Bong terus-menerus mengoceh dan minta kembali. Ia ingin bertanya sesuatu pada Presiden Lee Jong Heon. Shin Mi mengacuhkannya. Ia tidak mempercayai apapun yang dikatakan Seeok Bong.
Sampai di hotel, Seok Bong terus-menerus mengoceh.
Shin Mi menyerahkan uang 100 juta pada Seok Bong, kemudian meminta Kapten Hotel agar pengurus kamarnya diganti.
"Aku akan pegi jika waktunya sudah tepat." kata Seok Bong.
"Bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau mau?" tanya Shin Mi dingin. "Apa lagi yang ingin kau peroleh dariku?"
"Aku sudah memperoleh apa yang kuinginkan darimu, Direktur." kata Seok Bong. "Maksudku adalah..."
"Ah!" Shin Mi seperti teringat sesuatu. Ia mengeluarkan uang koin dari kantungnya. "Tip untukmu." Shin Mi berjalan pergi.
Seok Bong mengejar dan menghalangi jalannya. Ia memperlihatkan kalungnya pada Shin Mi. "Ini adalah satu-satunya ornamen di Korea. Tadi aku melihat lambang yang sama pada amplop di meja kerja Presiden."
"Lalu?"
"Kenapa lambang ini ada pada amplop itu, aku harus mencari tahu." kata Seok Bong.
"Kalau begitu tanya saja." kata Shin Mi acuh seraya berjalan pergi.
"Atur pertemuanku dengan Presiden!" teriak Seok Bong. Shin Mi tetap cuek.
Seok Bong menitipkan uang pada Kang Woo, kemudian pergi.
Seok Bong datang lagi ke rumah keluarga Lee. Tapi bertemu dengan Lee Jong Heon tentulah tidak mudah. Seok Bong berteriak-teriak di depan pagar hingga penjaga memanggil polisi.
Seok Bong dibawa ke kantor polisi. Adik Kang Woo, Kang Suk, dan ibunya datang menjemput.
Kang Suk membisikkan pada polisi bahwa Seok Bong terkena kanker payudara. Polisi itu merasa kasihan dan membebaskan Seok Bong.
Dimulailah usaha Seok Bong agar bisa bertemu dengan Lee Jong Heon. Mulai dari mengejar-ngejar mobilnya sampai datang langsung ke kantornya.
Hari itu, Lee Jong Heon akan pergi keluar negeri. Seok Bong mengejarnya ke bandara dan memanggil-manggil dengan pengeras suara. Bukannya bertemu dengan Jong Heon, Seok Bong malah ditangkap polisi karena menyebabkan keributan. Usahanya gagal.
Kapten Hotel meminta maaf pada Shin Mi karena belum bisa menemukan pengurus kamar selain Seok Bong. Sambil menunggu ia menemukan pengurus kamar yang baru, Shin Mi terpaksa tetap menggunakan Seok Bong sebagai pengurus kamarnya.
Woon Suk datang.
"Untuk apa kau datang?" tanya Shin Mi pada Woon Suk.
"Aku baru saja melakukan rapat disini dan ingin melihat sesuatu." jawab Woon Suk.
"Aku bukan seseorang yang bisa kau lihat hanya karena kau ingin melihat." kata Shin Mi.
"Hari ini, aku datang bukan untuk melihatmu." kata Woon Suk. "Aku datang untuk melihat ini." Woon Suk mengambil kotak musik berbentuk piano di atas meja. Piano itu dulu dibawa oleh Shin Mi setelah Woon Suk bernyanyi di tengah es.
Shin Mi merasa malu. "Bawa saja." katanya. "Aku baru saja berencana mengembalikannya padamu."
Woon Suk tertawa. "Bisakah aku meninggalkan ini disini?" tanyanya. "Ini adalah hadiah dari ibuku ketika aku masuk SMP. Tadinya aku menganggap ini sebagai pengganti ibuku, tapi sekarang aku ingin kau memilikinya, Shin Mi. Dengarkan setiap kali kau merindukan ibumu, kau pasti akan merasa lebih baik."
Kepala Tim menelepon Seok Bong dan memintanya datang. Ia mengatakan bahwa Presiden Lee Jong Heon bermimpi buruk tadi malam sehingga tidak jadi berangkat dengan pesawat. Jong Heon punya pengalaman buruk. Pesawat yang dulu hendak ditumpanginya mengalami kecelakaan, tapi untung saja Jong Heon berhalangan sehingga tidak jadi naik ke pesawat tersebut. Seok Bong menjadi berharap setelah mendengar cerita tersebut.
"Kudengar kau bersikeras bertemu denganku." kata Jong Heon. "Aku sangat marah karena kau masuk ke ruang kerjaku. Tapi karena kau telah menyelamatkan nyawa putriku, aku memberimu kesempatan untuk bicara. Ada apa?"
"Pertama-tama, tolong lihat ini." kata Seok Bong, hendak memperlihatkan kalungnya pada Jong Heon. Namun tiba-tiba seorang pria datang berlari-lari.
"Presiden, ada masalah!" serunya. "Axe tiba-tiba mengeluarkan busa dari mulutnya dan kemudian pingsan!"
Jong Heon sangat mencemaskan anjing dan berlari pergi dengan panik.
Seok Bong hendak mengejar dan menahan Jong Heon, tapi Ketua tim melarangnya. "Axe sudah seperti anak Presiden. Kau harus pergi sekarang." katanya.
"Presiden! Presiden!" teriak Seok Bong, meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari pegangan Ketua Tim.
Untuk menghibur Tae Hee yang beberapa hari belakangan sedih, Boo Kwi Ho mengundang Woon Suk makan siang bersama di sebuah restoran.
"Aku akan langsung bertanya." kata Kwi Ho. "Tae Hee ingin kau menjadi menantu keluarga kami. Bagaimana menurutmu?"
"Aku sedikit terkejut..." Woon Suk berkata ragu.
"Ayah, bagaimana jika kita memesan makanan terlebih dulu?" tanya Tae Hee menengahi.
"Kau masih bisa makan?" tanya Kwi Ho kesal. "Dia baru saja menolak bergabung dengan keluarga kita."
"Ia hanya bila ia terkejut." kata Tae Hee membela.
"Aku tidak menyukaimu." kata Kwi Ho. "Kau mengikuti Lee Jong Heon kemana-mana." ia berpaling pada putrinya. "Ia juga menyukai Lee Shin Mi, bukan?"
"Tidak!" seru Tae Hee, kesal pada ayahnya. "Woon Suk tidak menyukainya. Shin Mi-lah yang menggodanya! Kau tidak tahu apapun!"
Tae Hee ngambek dan mengajak Woon Suk pergi.
Tae Hee ingin membalas dendam pada Shin Mi. Asistennya memberikan sebuah ide.
Model yang dipakai oleh Oh Sung pada iklan mereka selanjutnya adalah seorang artis bernama Oh Na Ri. Model tersebut dipilih sendiri oleh Shin Mi.
Dulu, Oh Na Ri memiliki seorang kekasih dan pernah tinggal serumah dengannya, namun kemudian berpisah. Mantan Oh Na Ri memiliki video mereka yang dulu. Jika video tersebut tersebar ke masyarakat umum, maka Lee Shin Mi akan terkena imbasnya.
"Kalau begitu, cepat cari Jong Shil itu kemari sekarang!" teriak Tae Hee pada asistennya.
Shin Mi membatalkan janji makan siang dengan ayahnya dan bergegas menemui Oh Na Ri begitu mendengar kabar mengenai skandal yang mungkin segera tersebar luas ke masyarakat. Dengan diam-diam, Seok Bong mengikutinya. Ia berpikir bahwa Shin Mi ingin bertemu dengan ayahnya.
"Suruh Oh Na Ri menungguku." kata Shin Mi pada So Jung. "Aku ingin ke toilet."
Mendadak Seok Bong masuk ke ruangan itu. "Dimana Presiden?!" serunya.
Ketua Tim masuk ke ruangan itu dan terkejut melihat Seok Bong. "Jika Direktur melihatmu, kami akan dipecat!" serunya. "Cepat pergi!"
Ketua Tim mendorong Seok Bong agar pergi, namun Shin Mi dan Oh Na Ri sudah datang. Ketua Tim dan So Jung menyembunyikan Seok Bong dibawah meja.
"Ada apa kakak?" tanya Oh Na Ri. "Jadwalku sangat sibuk."
Shin Mi memperlihatkan foto mantan pacar Oh Na Ri.
"Siapa pria ini?" tanya Oh Na Ri.
"Bukankah kau pernah merekam video dengan pria ini sebelumnya?" tanya Shin Mi.
"Video apa?" tanya Oh Na Ri, pura-pura tidak tahu. Dari bawah meja, Seok Bong melihat kaki Oh Na Ri bergerak-gerak gugup.
So Jung mewakili Shin Mi bicara. "Video ketika Oh Na Ri tinggal serumah dengan mantan pacarnya akan tersebar ke media. Saat ini, semua wartawan Korea sedang berebut untuk mendapatkan video tersebut." katanya.
"Kutanyakan sekali lagi, apakah kau pernah merekam video seperti itu?" tanya Shin Mi dingin.
"Apa aku gila?!" seru Oh Na Ri, kakinya masih bergerak gugup.
"Image iklan kami sangat penting bagi perusahaan." kata Shin Mi. "Sebelum terlambat, kau harus memberitahuku yang sebenarnya."
"Aku bilang tidak!" seru Oh Na Ri.
Seok Bong kesal melihatnya. Ia maju dan memegang kaki Oh Na Ri. "Jujur dan katakan bahwa itu benar!" katanya.
Oh Na Ri berteriak terkejut.
Shin Mi membuka taplak meja dan melihat Seok Bong.
Seok Bong keluar dari bawah meja. "Jangan berbohong!" kata Seok Bong. "Tidak apa-apa kalau kau memang pernah merekam video itu. Tapi jika masalah ini sampai berpengaruh pada iklan, maka Direktur Lee Shin Mi ini tidak akan pernah melepaskanmu. Ia mungkin akan meminta kompensasi sampai kau tidak memiliki apapun lagi."
Oh Na Ri memandang Shin Mi dengan takut. Ia menangis, kemudian berkata, "Aku pernah merekamnya."
Shin Mi keluar dari restoran itu dengan kesal. Seok Bong mengikuti dan menahannya.
"Lepaskan." perintah Shin Mi sinis.
"Aku datang untuk bertemu dengan Presiden!" seru Seok Bong menjelaskan.
"Kau tidak akan pernah bertemu dengan presiden!" Shin Mi masuk ke mobil dan mengacuhkan Seok Bong.
Seok Bong tidak menyerah. Ia menahan pintu mobil Shin Mi. "Jika masalah mengenai Oh Na Ri tersebar, kau akan mendapat masalah, bukan? Aku akan mencegah hal itu. Sebagai gantinya, biarkan aku bertemu presiden!"
Semua orang tertinggi Oh Sung menyalahkan Shin Mi karena telah memilih model yang salah.
"Bagaimana jika Perusahaan Bu Hoo membuat kita jatuh?" tanya seorang petinggi.
"Itu tidak akan terjadi." kata Shin Mi.
"Katakanlah jika itu terjadi." kata Presiden Lee Jong Heon pada putrinya. "Apakah kau mau bertanggung jawab dan mundur dari posisimu?"
Secara personal, Shin Mi mengatakan pada ayahnya bahwa ia tidak akan pernah mundur dari posisinya. Ia menolak permintaan ayahnya untuk hidup seperti ibunya, yang menunggu suaminya datang dan mati perlahan-lahan.
Shin Mi dan Tae Hee berusaha mendapatkan video tersebut terlebih dulu dari Park Jong Shil. Tae Hee memerintahkan sesuatu pada asistennya.
Keesokkan harinya, asisten Tae Hee membawa bunga sebagai hadiah untuk Shin Mi.
Kapten Hotel melihatnya dan bergegas menghampiri. "Ah, bunga sedang membawa bunga." rayunya.
Asisten Tae Hee tersenyum malu-malu. "Nona ingin memberikan bunga ini pada Direktur Lee Shin Mi. Ia berharap hubungan mereka akan lebih baik."
"Bagaimana mungkin kalian tidak bisa menemukan seorang pria di daerah yang kecil?" omel Shin Mi seraya berjalan masuk ke kamarnya. Ia melihat bunga yang diletakkan di atas meja dengan heran. "Apa ini?"
"Boo Tae Hee mengirimkan bunga ini dengan harapan agar hubungan kalian berdua menjadi lebih baik." kata So Jung.
"Wah, bunga ini sangat cantik." kata Seok Bong, mengamati bunga itu dari dekat. "Dan baunya juga sangat wangi." Ia melihat radio tersembunyi dalam bunga itu.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Shin Mi.
"Aku sudah menemukan keberadaan Park Jong Shil." kata Seok Bong, berbohong. "Kudengar Park Jong Shil sangat suka memancing."
"Jadi, di tempat memancing." kata So Jung.
"Tepat." kata Seok Bong. "Tempat memancingnya adalah di Gyeonggi Do."
Seok Bong menawarkan diri untuk pergi bersama So Jung, namun Shin Mi menolak.
Shin Mi mengirim So Jung dan orang terpercaya yang dipilih Kapten Hotel untuk pergi.
Di tempat lain, Tae Hee dan asistennya merasa menang karena berhasil menguping pembicaraan mereka.
Pada akhirnya, So Jung pergi bersama Kang Woo. So Jung terlihat kesal karena tidak jadi pergi bersama Seok Bong.
"Kau yakin ia ada di area pemancingan?" tanya Shin Mi.
"Yang aku yakin adalah bahwa pria itu tidak akan datang ke pemancingan." kata Seok Bong.
Shin Mi sangat terkejut. "Apa?!" serunya.
"Aigoo, kau sangat menakutkan." gumam Seok Bong. "Matamu itu, seperti sedang melihat sesuatu."
Seok Bong mengajak Shin Mi kembali ke kamarnya dan mengeluarkan sebuah radio kecil dari dalam buket bunga.
Seok Bong mengajak Shin Mi ke tempat pemancingan lain.
"Bagaimana kau yakin kalau ia akan kemari?" tanya Shin Mi.
"Jika aku jadi dia, aku pasti akan datang kemari." kata Seok Bong santai.
"Jika kau ingin mengatakan bahwa ini hanya perasaanmu saja maka..."
"Kau ingin menusuk ini?" tanya Seok Bong seraya menyodorkan cacing ke wajah Shin Mi. Shin Mi berteriak ketakutan. "Kau takut pada benda ini, jadi kau masih seorang wanita."
Di Gyeonggi Do, Kang Woo dan So Jung juga memancing. Kang Woo berteriak ketakutan melihat cacing sementara So Jung dengan santai mengambil dan menusukkannya sebagai umpan ikan.
Asisten Tae Hee mengintai mereka diam-diam.
Shin Mi dan Seok Bong makan di sebuah rumah makan kecil. Shin Mi makan dengan lahap seperti sudah tidak makan berhari-hari. Seok Bong bingung melihatnya.
Tanpa mereka sadari, seorang pria misterius duduk di dekat mereka dan mengawasi.
"Aku butuh jawabanmu!" seru Seok Bong, memaksa Shin Mi berjanji akan membantunya menemui Lee Jong Heon begitu mereka menyelesaikan masalah ini. Tapi Shin Mi terlihat acuh. "Kau hanya perlu mengatakan dua kata, 'Ya, aku berjanji.'"
"Dasar bodoh!" seru Shin Mi kesal. "'Ya, aku berjanji' itu ada tiga kata, bukan dua!"
"Yang kau katakan tadi, aku menganggapnya, 'Ya, aku berjanji', bagaimana?" paksa Seok Bong.
"Terserah kau saja!" kata Shin Mi.
Pria misterius yang mengawasi mereka di rumah makan menelepon seseorang, rupanya ayah Woon Suk, Choo Young Dal.
"Di tempat pemancingan bersama Lee Shin Mi?" tanya Young Dal. "Ya, awasi dia terus."
Shin Mi dan Seok Bong bertemu dengan seorang pemancing bernama Woo Byung Do. Ia duduk di tempat mereka memancing.
"Bisakah kau pindah?" ujar Shin Mi.
"Kalian kemari bukan untuk memancing, tapi untuk menangkap orang!" seru Byung Do.
Mendadak Woon Suk menelepon Shin Mi. Seok Bong merebut telepon itu dan mematikannya.
"Sebelum kita menemukan Park Jong Shil, tidak boleh ada seorangpun yang tahu kita disini." kata Seok Bong.
"Kakak tidak akan melakukan itu!"
"Jadi kau percaya padanya?" tanya Seok Bong. "Bukankah kau berkata bahwa kau selalu dikhianati oleh orang dekatmu sehingga kau tidak mempercayai siapapun?"
Shin Mi terdiam dan mengikhlaskan ponselnya direbut dan dimatikan oleh Seok Bong.
Setelah sekian lama menunggu, Shin Mi mulai bosan. Seok Bong menunjukkan acara televisi yang lucu di ponsel, tapi Shin Mi mencoba cool dan tidak tertawa.
Mendadak, mereka mendapat pancingan.
"Wah sepertinya ikan besar!" seru Seok Bong.
Shin Mi menarik pancingan tanpa sarung tangan.
"Direktur, kau akan terluka!" seru Seok Bong.
Shin Mi keasikkan dan memukul tangan Seok Bong. "Lepas! Lepas! Ini milikku!" serunya.
Shin Mi tidak kuat menarik pancing dan malah tercebur ke danau. Seok Bong melompat untuk menyelamatkannya.
Shin Mi menggigil kedinginan. Seok Bong membantunya mengeringkan rambut dalam tenda.
Shin Mi terus menerus ribut dan mengomel, mengatakan kalau semua ini salah Seok Bong.
"Direktur, bukankah kau pandai berenang?" tanya Seok Bong. "Tapi kenapa tadi kau tenggelam?" Seok Bong mendekatkan kepalanya ke arah Shin Mi. Atau mungkin... karena kau ingin memegang tanganku?"
"Apa?!" seru Shin Mi kesal.
Seok Bong menarik Shin Mi kedekatnya hingga mereka berhadapan.
"Mau apa kau?!" teriak Shin Mi. "Lepaskan aku!"
"Direktur... Aku penasaran pada sesuatu." kata Seok Bong. "Julurkan lidahmu." Seok Bong mencontohkan. "Seperti ini, kau bisa? Aku penasaran apakah kau bisa."
Shin Mi menendang Seok Bong dan mengusirnya keluar dari tenda.
Setelah Seok Bong keluar, Shin Mi mencoba menjulurkan lidahnya.
Secara tidak sengaja, Kang Woo keceplosan mengatakan pada So Jung bahwa Seok Bong adalah seorang putra konglomerat.
Sampai malam, Park Jong Shil belum juga datang. Shin Mi dan Seok Bong terpaksa menginap di tenda tempat pemancingan.
"Apa malam ini kita akan tidur disini bersama?" tanya Shin Mi.
"Kau bisa pergi jika tidak mau." kata Seok Bong. "Aku bisa tidur sendirian disini."
Seok Bong mau mengalah tidur diluar karena Shin Mi seorang wanita. Shin Mi tidak mau dianggap lemah karena dia wanita. Agar adil, mereka bertanding.
"Salah satu dari bola nasi ini adalah nasi biasa." kata Seok Bong. "Yang satunya lagi berisi mustard. Jika salah satu dari kita memuntahkan nasi itu dan minum air, maka ia harus keluar."
"Baik, ayo kita mulai." kata Shin Mi.
Mereka suit. Shin Mi menang suit dan memilih duluan. Mereka mengunyah nasi itu.
Seok Bong tersenyum tipis melihat mata Shin Mi mulai berair. "Apa kau baik-baik saja?"
Shin Mi mengangguk dan terus mengunyah.
"Itu berisi mustard, bukan?" tanya Seok Bong.
"Bukan." jawab Shin Mi, mengeluarkan aroma aneh dari mulutnya.
"Ah, itu bau mustrad!" seru Seok Bong seraya menutup hidungnya dan minum air. Seok Bong mengaku kalah dan keluar. Dari luar, ia tertawa melihat bayangan Shin Mi kelabakan mencari air minum.
Seok Bong menelepon Kang Woo dan memintanya pulang bersama So Jung. Setelah itu, ia mengintip ke tenda dan melihat Shin Mi sedang tertawa terbahak-bahak menonton acara televisi tadi sore.
Seok Bong tertawa pelan dan pergi memancing. Setelah beberapa lama, ia kembali ke tenda dan merapatkan resleting kantung tidur Shin Mi.
Ia melihat Shin Mi. "Apa kau tahu? Kau dan aku mungkin akan menjadi saudara." katanya dalam hati.
Keesokkan paginya, Seok Bong melihat seorang pria yang sedang memancing. Park Jong Shil.
"Apa?" tanya Jong Shil.
"Oh Na Ri..."
Begitu mendengar nama itu disebut, Jong Shil langsung melarikan diri. Seok Bong mengejarnya.
Jong Shil melarikan diri ke sebuah kapal. Seok Bong menendangnya. Terjadi perkelahian kasar. Jong Shil mencekik leher Seok Bong. Seok Bong meraih sebuah ember dan memukulkan ember itu ke kepala Jong Shik.
"Dimana? Dimana video itu?" tanya Seok Bong. "Seharusnya kau menyimpan video itu selamanya. Kenapa kau ingin menjual video yang sangat berharga? Kenangan yang tidak bisa dilupakan bersama kekasihmu, kenapa kau harus menjualnya?! Jika aku jadi kau, aku akan menyimpannya sampai pergi ke liang kubur!"
"Sudah terlambat." kata Jong Shil. "Aku sudah menjualnya."
"Apa?!" seru Seok Bong. "Pada siapa?!"
Shin Mi menemui Tae Hee, namun sayang video tersebut tidak ada padanya.
Shin Mi menemui ayahnya di kantor.
"Kau harus mengundurkan diri." kata Presiden Jong Heon. "Aku tidak bisa mentolerir kehilangan yang sangat besar. Mengundurkan diri dan menikahlah."
"Saat masalah lahan, kau tidak pernah menyebut mengenai pernikahan!" protes Shin Mi.
Tidak lama kemudian Woon Suk datang. Ia menyerahkan senuah kaset video.
"Seorang pria bernama Park Jong Shil menjual ini pada wartawan olahraga, tapi aku menghentikannya." kata Woon Suk. "Ini rekaman asli."
Shin Mi sangat terkejut dan memandang Woon Suk dengan berterima kasih.
"Terima kasih." kata Shin Mi pada Woon Suk, seraya menyerahkan segelas kopi mahal pada Woon Suk. "Aku sangat berterima kasih, tapi hatiku merasa tidak tenang."
"Kenapa?"
"Karena aku berpikir bahwa kau adalah pria yang kelihatan lebih menarik semakin aku melihatmu." kata Shin Mi.
"Itu artinya, kau membuka hatimu untukku?" tanya Woon Suk.
"Maksudku, aku takut itu terjadi." kata Shin Mi. "Bagaimana jika kita membuat kesepakatan? Jika aku berhutang sesuatu, maka aku harus membayarnya."
"Baiklah." kata Woon Suk. ia menyentuh rambut Shin Mi, kemudian memakaikan sebuah jepit rambut. "Dengan begini, kau sudah membayar hutangmu."
Shin Mi terpana sejenak, kemudian mencoba bersikap biasa lagi.
So Jung dan Kang Woo membantu Seok Bong menemui Lee Jong Heon di rumahnya. Ia mengenakan penutup kepala seperti seorang perampok. Setelah So Jung menjelaskan wilayah-wilayah di rumah itu, Seok Bong masuk sendirian.
Ia mengendap-endap menuju kamar Jong Heon.
Tanpa sengaja, ia berpapasan dengan Axe, anjing Jong Heon. Untunglah So Jung sudah memperingatkan Seok Bong agar membawa daging. Sogokan daging pada si anjing bisa membuatnya diam dan tidak menggonggong.
Seok Bong masuk ke kamar Jong Heon saat Jong Heon sedang mandi. Ia ketakutan setengah mati.
"Presiden, ini aku, Choi Seok Bong." kata Seok Bong seraya membuka penutup kepalanya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jong Heon. "Keluar sekarang! Jika tidak, aku akan memanggil polisi!"
Jong Heon hendak berteriak memanggil seseorang, tapi Seok Bong menutup mulutnya. "Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." katanya.
"Baikklah, tunjukkan padaku." kata Jong Heon.
Seok Bong melepaskan Jong Heon dan membuka kemejanya.
Shin Mi datang berlari-lari. "Kenapa kau masuk ke sini?" tanyanya pada Seok Bong. Ia menoleh pada ayahnya. "Maafkan aku." Ia menarik Seok Bong keluar dari ruangan itu.
Shin Mi membawa Seok Bong pergi. Seok Bong terus-menerus mengoceh dan minta kembali. Ia ingin bertanya sesuatu pada Presiden Lee Jong Heon. Shin Mi mengacuhkannya. Ia tidak mempercayai apapun yang dikatakan Seeok Bong.
Sampai di hotel, Seok Bong terus-menerus mengoceh.
Shin Mi menyerahkan uang 100 juta pada Seok Bong, kemudian meminta Kapten Hotel agar pengurus kamarnya diganti.
"Aku akan pegi jika waktunya sudah tepat." kata Seok Bong.
"Bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau mau?" tanya Shin Mi dingin. "Apa lagi yang ingin kau peroleh dariku?"
"Aku sudah memperoleh apa yang kuinginkan darimu, Direktur." kata Seok Bong. "Maksudku adalah..."
"Ah!" Shin Mi seperti teringat sesuatu. Ia mengeluarkan uang koin dari kantungnya. "Tip untukmu." Shin Mi berjalan pergi.
Seok Bong mengejar dan menghalangi jalannya. Ia memperlihatkan kalungnya pada Shin Mi. "Ini adalah satu-satunya ornamen di Korea. Tadi aku melihat lambang yang sama pada amplop di meja kerja Presiden."
"Lalu?"
"Kenapa lambang ini ada pada amplop itu, aku harus mencari tahu." kata Seok Bong.
"Kalau begitu tanya saja." kata Shin Mi acuh seraya berjalan pergi.
"Atur pertemuanku dengan Presiden!" teriak Seok Bong. Shin Mi tetap cuek.
Seok Bong menitipkan uang pada Kang Woo, kemudian pergi.
Seok Bong datang lagi ke rumah keluarga Lee. Tapi bertemu dengan Lee Jong Heon tentulah tidak mudah. Seok Bong berteriak-teriak di depan pagar hingga penjaga memanggil polisi.
Seok Bong dibawa ke kantor polisi. Adik Kang Woo, Kang Suk, dan ibunya datang menjemput.
Kang Suk membisikkan pada polisi bahwa Seok Bong terkena kanker payudara. Polisi itu merasa kasihan dan membebaskan Seok Bong.
Dimulailah usaha Seok Bong agar bisa bertemu dengan Lee Jong Heon. Mulai dari mengejar-ngejar mobilnya sampai datang langsung ke kantornya.
Hari itu, Lee Jong Heon akan pergi keluar negeri. Seok Bong mengejarnya ke bandara dan memanggil-manggil dengan pengeras suara. Bukannya bertemu dengan Jong Heon, Seok Bong malah ditangkap polisi karena menyebabkan keributan. Usahanya gagal.
Kapten Hotel meminta maaf pada Shin Mi karena belum bisa menemukan pengurus kamar selain Seok Bong. Sambil menunggu ia menemukan pengurus kamar yang baru, Shin Mi terpaksa tetap menggunakan Seok Bong sebagai pengurus kamarnya.
Woon Suk datang.
"Untuk apa kau datang?" tanya Shin Mi pada Woon Suk.
"Aku baru saja melakukan rapat disini dan ingin melihat sesuatu." jawab Woon Suk.
"Aku bukan seseorang yang bisa kau lihat hanya karena kau ingin melihat." kata Shin Mi.
"Hari ini, aku datang bukan untuk melihatmu." kata Woon Suk. "Aku datang untuk melihat ini." Woon Suk mengambil kotak musik berbentuk piano di atas meja. Piano itu dulu dibawa oleh Shin Mi setelah Woon Suk bernyanyi di tengah es.
Shin Mi merasa malu. "Bawa saja." katanya. "Aku baru saja berencana mengembalikannya padamu."
Woon Suk tertawa. "Bisakah aku meninggalkan ini disini?" tanyanya. "Ini adalah hadiah dari ibuku ketika aku masuk SMP. Tadinya aku menganggap ini sebagai pengganti ibuku, tapi sekarang aku ingin kau memilikinya, Shin Mi. Dengarkan setiap kali kau merindukan ibumu, kau pasti akan merasa lebih baik."
Kepala Tim menelepon Seok Bong dan memintanya datang. Ia mengatakan bahwa Presiden Lee Jong Heon bermimpi buruk tadi malam sehingga tidak jadi berangkat dengan pesawat. Jong Heon punya pengalaman buruk. Pesawat yang dulu hendak ditumpanginya mengalami kecelakaan, tapi untung saja Jong Heon berhalangan sehingga tidak jadi naik ke pesawat tersebut. Seok Bong menjadi berharap setelah mendengar cerita tersebut.
"Kudengar kau bersikeras bertemu denganku." kata Jong Heon. "Aku sangat marah karena kau masuk ke ruang kerjaku. Tapi karena kau telah menyelamatkan nyawa putriku, aku memberimu kesempatan untuk bicara. Ada apa?"
"Pertama-tama, tolong lihat ini." kata Seok Bong, hendak memperlihatkan kalungnya pada Jong Heon. Namun tiba-tiba seorang pria datang berlari-lari.
"Presiden, ada masalah!" serunya. "Axe tiba-tiba mengeluarkan busa dari mulutnya dan kemudian pingsan!"
Jong Heon sangat mencemaskan anjing dan berlari pergi dengan panik.
Seok Bong hendak mengejar dan menahan Jong Heon, tapi Ketua tim melarangnya. "Axe sudah seperti anak Presiden. Kau harus pergi sekarang." katanya.
"Presiden! Presiden!" teriak Seok Bong, meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari pegangan Ketua Tim.
Untuk menghibur Tae Hee yang beberapa hari belakangan sedih, Boo Kwi Ho mengundang Woon Suk makan siang bersama di sebuah restoran.
"Aku akan langsung bertanya." kata Kwi Ho. "Tae Hee ingin kau menjadi menantu keluarga kami. Bagaimana menurutmu?"
"Aku sedikit terkejut..." Woon Suk berkata ragu.
"Ayah, bagaimana jika kita memesan makanan terlebih dulu?" tanya Tae Hee menengahi.
"Kau masih bisa makan?" tanya Kwi Ho kesal. "Dia baru saja menolak bergabung dengan keluarga kita."
"Ia hanya bila ia terkejut." kata Tae Hee membela.
"Aku tidak menyukaimu." kata Kwi Ho. "Kau mengikuti Lee Jong Heon kemana-mana." ia berpaling pada putrinya. "Ia juga menyukai Lee Shin Mi, bukan?"
"Tidak!" seru Tae Hee, kesal pada ayahnya. "Woon Suk tidak menyukainya. Shin Mi-lah yang menggodanya! Kau tidak tahu apapun!"
Tae Hee ngambek dan mengajak Woon Suk pergi.
Tae Hee ingin membalas dendam pada Shin Mi. Asistennya memberikan sebuah ide.
Model yang dipakai oleh Oh Sung pada iklan mereka selanjutnya adalah seorang artis bernama Oh Na Ri. Model tersebut dipilih sendiri oleh Shin Mi.
Dulu, Oh Na Ri memiliki seorang kekasih dan pernah tinggal serumah dengannya, namun kemudian berpisah. Mantan Oh Na Ri memiliki video mereka yang dulu. Jika video tersebut tersebar ke masyarakat umum, maka Lee Shin Mi akan terkena imbasnya.
"Kalau begitu, cepat cari Jong Shil itu kemari sekarang!" teriak Tae Hee pada asistennya.
Shin Mi membatalkan janji makan siang dengan ayahnya dan bergegas menemui Oh Na Ri begitu mendengar kabar mengenai skandal yang mungkin segera tersebar luas ke masyarakat. Dengan diam-diam, Seok Bong mengikutinya. Ia berpikir bahwa Shin Mi ingin bertemu dengan ayahnya.
"Suruh Oh Na Ri menungguku." kata Shin Mi pada So Jung. "Aku ingin ke toilet."
Mendadak Seok Bong masuk ke ruangan itu. "Dimana Presiden?!" serunya.
Ketua Tim masuk ke ruangan itu dan terkejut melihat Seok Bong. "Jika Direktur melihatmu, kami akan dipecat!" serunya. "Cepat pergi!"
Ketua Tim mendorong Seok Bong agar pergi, namun Shin Mi dan Oh Na Ri sudah datang. Ketua Tim dan So Jung menyembunyikan Seok Bong dibawah meja.
"Ada apa kakak?" tanya Oh Na Ri. "Jadwalku sangat sibuk."
Shin Mi memperlihatkan foto mantan pacar Oh Na Ri.
"Siapa pria ini?" tanya Oh Na Ri.
"Bukankah kau pernah merekam video dengan pria ini sebelumnya?" tanya Shin Mi.
"Video apa?" tanya Oh Na Ri, pura-pura tidak tahu. Dari bawah meja, Seok Bong melihat kaki Oh Na Ri bergerak-gerak gugup.
So Jung mewakili Shin Mi bicara. "Video ketika Oh Na Ri tinggal serumah dengan mantan pacarnya akan tersebar ke media. Saat ini, semua wartawan Korea sedang berebut untuk mendapatkan video tersebut." katanya.
"Kutanyakan sekali lagi, apakah kau pernah merekam video seperti itu?" tanya Shin Mi dingin.
"Apa aku gila?!" seru Oh Na Ri, kakinya masih bergerak gugup.
"Image iklan kami sangat penting bagi perusahaan." kata Shin Mi. "Sebelum terlambat, kau harus memberitahuku yang sebenarnya."
"Aku bilang tidak!" seru Oh Na Ri.
Seok Bong kesal melihatnya. Ia maju dan memegang kaki Oh Na Ri. "Jujur dan katakan bahwa itu benar!" katanya.
Oh Na Ri berteriak terkejut.
Shin Mi membuka taplak meja dan melihat Seok Bong.
Seok Bong keluar dari bawah meja. "Jangan berbohong!" kata Seok Bong. "Tidak apa-apa kalau kau memang pernah merekam video itu. Tapi jika masalah ini sampai berpengaruh pada iklan, maka Direktur Lee Shin Mi ini tidak akan pernah melepaskanmu. Ia mungkin akan meminta kompensasi sampai kau tidak memiliki apapun lagi."
Oh Na Ri memandang Shin Mi dengan takut. Ia menangis, kemudian berkata, "Aku pernah merekamnya."
Shin Mi keluar dari restoran itu dengan kesal. Seok Bong mengikuti dan menahannya.
"Lepaskan." perintah Shin Mi sinis.
"Aku datang untuk bertemu dengan Presiden!" seru Seok Bong menjelaskan.
"Kau tidak akan pernah bertemu dengan presiden!" Shin Mi masuk ke mobil dan mengacuhkan Seok Bong.
Seok Bong tidak menyerah. Ia menahan pintu mobil Shin Mi. "Jika masalah mengenai Oh Na Ri tersebar, kau akan mendapat masalah, bukan? Aku akan mencegah hal itu. Sebagai gantinya, biarkan aku bertemu presiden!"
Semua orang tertinggi Oh Sung menyalahkan Shin Mi karena telah memilih model yang salah.
"Bagaimana jika Perusahaan Bu Hoo membuat kita jatuh?" tanya seorang petinggi.
"Itu tidak akan terjadi." kata Shin Mi.
"Katakanlah jika itu terjadi." kata Presiden Lee Jong Heon pada putrinya. "Apakah kau mau bertanggung jawab dan mundur dari posisimu?"
Secara personal, Shin Mi mengatakan pada ayahnya bahwa ia tidak akan pernah mundur dari posisinya. Ia menolak permintaan ayahnya untuk hidup seperti ibunya, yang menunggu suaminya datang dan mati perlahan-lahan.
Shin Mi dan Tae Hee berusaha mendapatkan video tersebut terlebih dulu dari Park Jong Shil. Tae Hee memerintahkan sesuatu pada asistennya.
Keesokkan harinya, asisten Tae Hee membawa bunga sebagai hadiah untuk Shin Mi.
Kapten Hotel melihatnya dan bergegas menghampiri. "Ah, bunga sedang membawa bunga." rayunya.
Asisten Tae Hee tersenyum malu-malu. "Nona ingin memberikan bunga ini pada Direktur Lee Shin Mi. Ia berharap hubungan mereka akan lebih baik."
"Bagaimana mungkin kalian tidak bisa menemukan seorang pria di daerah yang kecil?" omel Shin Mi seraya berjalan masuk ke kamarnya. Ia melihat bunga yang diletakkan di atas meja dengan heran. "Apa ini?"
"Boo Tae Hee mengirimkan bunga ini dengan harapan agar hubungan kalian berdua menjadi lebih baik." kata So Jung.
"Wah, bunga ini sangat cantik." kata Seok Bong, mengamati bunga itu dari dekat. "Dan baunya juga sangat wangi." Ia melihat radio tersembunyi dalam bunga itu.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Shin Mi.
"Aku sudah menemukan keberadaan Park Jong Shil." kata Seok Bong, berbohong. "Kudengar Park Jong Shil sangat suka memancing."
"Jadi, di tempat memancing." kata So Jung.
"Tepat." kata Seok Bong. "Tempat memancingnya adalah di Gyeonggi Do."
Seok Bong menawarkan diri untuk pergi bersama So Jung, namun Shin Mi menolak.
Shin Mi mengirim So Jung dan orang terpercaya yang dipilih Kapten Hotel untuk pergi.
Di tempat lain, Tae Hee dan asistennya merasa menang karena berhasil menguping pembicaraan mereka.
Pada akhirnya, So Jung pergi bersama Kang Woo. So Jung terlihat kesal karena tidak jadi pergi bersama Seok Bong.
"Kau yakin ia ada di area pemancingan?" tanya Shin Mi.
"Yang aku yakin adalah bahwa pria itu tidak akan datang ke pemancingan." kata Seok Bong.
Shin Mi sangat terkejut. "Apa?!" serunya.
"Aigoo, kau sangat menakutkan." gumam Seok Bong. "Matamu itu, seperti sedang melihat sesuatu."
Seok Bong mengajak Shin Mi kembali ke kamarnya dan mengeluarkan sebuah radio kecil dari dalam buket bunga.
Seok Bong mengajak Shin Mi ke tempat pemancingan lain.
"Bagaimana kau yakin kalau ia akan kemari?" tanya Shin Mi.
"Jika aku jadi dia, aku pasti akan datang kemari." kata Seok Bong santai.
"Jika kau ingin mengatakan bahwa ini hanya perasaanmu saja maka..."
"Kau ingin menusuk ini?" tanya Seok Bong seraya menyodorkan cacing ke wajah Shin Mi. Shin Mi berteriak ketakutan. "Kau takut pada benda ini, jadi kau masih seorang wanita."
Di Gyeonggi Do, Kang Woo dan So Jung juga memancing. Kang Woo berteriak ketakutan melihat cacing sementara So Jung dengan santai mengambil dan menusukkannya sebagai umpan ikan.
Asisten Tae Hee mengintai mereka diam-diam.
Shin Mi dan Seok Bong makan di sebuah rumah makan kecil. Shin Mi makan dengan lahap seperti sudah tidak makan berhari-hari. Seok Bong bingung melihatnya.
Tanpa mereka sadari, seorang pria misterius duduk di dekat mereka dan mengawasi.
"Aku butuh jawabanmu!" seru Seok Bong, memaksa Shin Mi berjanji akan membantunya menemui Lee Jong Heon begitu mereka menyelesaikan masalah ini. Tapi Shin Mi terlihat acuh. "Kau hanya perlu mengatakan dua kata, 'Ya, aku berjanji.'"
"Dasar bodoh!" seru Shin Mi kesal. "'Ya, aku berjanji' itu ada tiga kata, bukan dua!"
"Yang kau katakan tadi, aku menganggapnya, 'Ya, aku berjanji', bagaimana?" paksa Seok Bong.
"Terserah kau saja!" kata Shin Mi.
Pria misterius yang mengawasi mereka di rumah makan menelepon seseorang, rupanya ayah Woon Suk, Choo Young Dal.
"Di tempat pemancingan bersama Lee Shin Mi?" tanya Young Dal. "Ya, awasi dia terus."
Shin Mi dan Seok Bong bertemu dengan seorang pemancing bernama Woo Byung Do. Ia duduk di tempat mereka memancing.
"Bisakah kau pindah?" ujar Shin Mi.
"Kalian kemari bukan untuk memancing, tapi untuk menangkap orang!" seru Byung Do.
Mendadak Woon Suk menelepon Shin Mi. Seok Bong merebut telepon itu dan mematikannya.
"Sebelum kita menemukan Park Jong Shil, tidak boleh ada seorangpun yang tahu kita disini." kata Seok Bong.
"Kakak tidak akan melakukan itu!"
"Jadi kau percaya padanya?" tanya Seok Bong. "Bukankah kau berkata bahwa kau selalu dikhianati oleh orang dekatmu sehingga kau tidak mempercayai siapapun?"
Shin Mi terdiam dan mengikhlaskan ponselnya direbut dan dimatikan oleh Seok Bong.
Setelah sekian lama menunggu, Shin Mi mulai bosan. Seok Bong menunjukkan acara televisi yang lucu di ponsel, tapi Shin Mi mencoba cool dan tidak tertawa.
Mendadak, mereka mendapat pancingan.
"Wah sepertinya ikan besar!" seru Seok Bong.
Shin Mi menarik pancingan tanpa sarung tangan.
"Direktur, kau akan terluka!" seru Seok Bong.
Shin Mi keasikkan dan memukul tangan Seok Bong. "Lepas! Lepas! Ini milikku!" serunya.
Shin Mi tidak kuat menarik pancing dan malah tercebur ke danau. Seok Bong melompat untuk menyelamatkannya.
Shin Mi menggigil kedinginan. Seok Bong membantunya mengeringkan rambut dalam tenda.
Shin Mi terus menerus ribut dan mengomel, mengatakan kalau semua ini salah Seok Bong.
"Direktur, bukankah kau pandai berenang?" tanya Seok Bong. "Tapi kenapa tadi kau tenggelam?" Seok Bong mendekatkan kepalanya ke arah Shin Mi. Atau mungkin... karena kau ingin memegang tanganku?"
"Apa?!" seru Shin Mi kesal.
Seok Bong menarik Shin Mi kedekatnya hingga mereka berhadapan.
"Mau apa kau?!" teriak Shin Mi. "Lepaskan aku!"
"Direktur... Aku penasaran pada sesuatu." kata Seok Bong. "Julurkan lidahmu." Seok Bong mencontohkan. "Seperti ini, kau bisa? Aku penasaran apakah kau bisa."
Shin Mi menendang Seok Bong dan mengusirnya keluar dari tenda.
Setelah Seok Bong keluar, Shin Mi mencoba menjulurkan lidahnya.
Secara tidak sengaja, Kang Woo keceplosan mengatakan pada So Jung bahwa Seok Bong adalah seorang putra konglomerat.
Sampai malam, Park Jong Shil belum juga datang. Shin Mi dan Seok Bong terpaksa menginap di tenda tempat pemancingan.
"Apa malam ini kita akan tidur disini bersama?" tanya Shin Mi.
"Kau bisa pergi jika tidak mau." kata Seok Bong. "Aku bisa tidur sendirian disini."
Seok Bong mau mengalah tidur diluar karena Shin Mi seorang wanita. Shin Mi tidak mau dianggap lemah karena dia wanita. Agar adil, mereka bertanding.
"Salah satu dari bola nasi ini adalah nasi biasa." kata Seok Bong. "Yang satunya lagi berisi mustard. Jika salah satu dari kita memuntahkan nasi itu dan minum air, maka ia harus keluar."
"Baik, ayo kita mulai." kata Shin Mi.
Mereka suit. Shin Mi menang suit dan memilih duluan. Mereka mengunyah nasi itu.
Seok Bong tersenyum tipis melihat mata Shin Mi mulai berair. "Apa kau baik-baik saja?"
Shin Mi mengangguk dan terus mengunyah.
"Itu berisi mustard, bukan?" tanya Seok Bong.
"Bukan." jawab Shin Mi, mengeluarkan aroma aneh dari mulutnya.
"Ah, itu bau mustrad!" seru Seok Bong seraya menutup hidungnya dan minum air. Seok Bong mengaku kalah dan keluar. Dari luar, ia tertawa melihat bayangan Shin Mi kelabakan mencari air minum.
Seok Bong menelepon Kang Woo dan memintanya pulang bersama So Jung. Setelah itu, ia mengintip ke tenda dan melihat Shin Mi sedang tertawa terbahak-bahak menonton acara televisi tadi sore.
Seok Bong tertawa pelan dan pergi memancing. Setelah beberapa lama, ia kembali ke tenda dan merapatkan resleting kantung tidur Shin Mi.
Ia melihat Shin Mi. "Apa kau tahu? Kau dan aku mungkin akan menjadi saudara." katanya dalam hati.
Keesokkan paginya, Seok Bong melihat seorang pria yang sedang memancing. Park Jong Shil.
"Apa?" tanya Jong Shil.
"Oh Na Ri..."
Begitu mendengar nama itu disebut, Jong Shil langsung melarikan diri. Seok Bong mengejarnya.
Jong Shil melarikan diri ke sebuah kapal. Seok Bong menendangnya. Terjadi perkelahian kasar. Jong Shil mencekik leher Seok Bong. Seok Bong meraih sebuah ember dan memukulkan ember itu ke kepala Jong Shik.
"Dimana? Dimana video itu?" tanya Seok Bong. "Seharusnya kau menyimpan video itu selamanya. Kenapa kau ingin menjual video yang sangat berharga? Kenangan yang tidak bisa dilupakan bersama kekasihmu, kenapa kau harus menjualnya?! Jika aku jadi kau, aku akan menyimpannya sampai pergi ke liang kubur!"
"Sudah terlambat." kata Jong Shil. "Aku sudah menjualnya."
"Apa?!" seru Seok Bong. "Pada siapa?!"
Shin Mi menemui Tae Hee, namun sayang video tersebut tidak ada padanya.
Shin Mi menemui ayahnya di kantor.
"Kau harus mengundurkan diri." kata Presiden Jong Heon. "Aku tidak bisa mentolerir kehilangan yang sangat besar. Mengundurkan diri dan menikahlah."
"Saat masalah lahan, kau tidak pernah menyebut mengenai pernikahan!" protes Shin Mi.
Tidak lama kemudian Woon Suk datang. Ia menyerahkan senuah kaset video.
"Seorang pria bernama Park Jong Shil menjual ini pada wartawan olahraga, tapi aku menghentikannya." kata Woon Suk. "Ini rekaman asli."
Shin Mi sangat terkejut dan memandang Woon Suk dengan berterima kasih.
"Terima kasih." kata Shin Mi pada Woon Suk, seraya menyerahkan segelas kopi mahal pada Woon Suk. "Aku sangat berterima kasih, tapi hatiku merasa tidak tenang."
"Kenapa?"
"Karena aku berpikir bahwa kau adalah pria yang kelihatan lebih menarik semakin aku melihatmu." kata Shin Mi.
"Itu artinya, kau membuka hatimu untukku?" tanya Woon Suk.
"Maksudku, aku takut itu terjadi." kata Shin Mi. "Bagaimana jika kita membuat kesepakatan? Jika aku berhutang sesuatu, maka aku harus membayarnya."
"Baiklah." kata Woon Suk. ia menyentuh rambut Shin Mi, kemudian memakaikan sebuah jepit rambut. "Dengan begini, kau sudah membayar hutangmu."
Shin Mi terpana sejenak, kemudian mencoba bersikap biasa lagi.
So Jung dan Kang Woo membantu Seok Bong menemui Lee Jong Heon di rumahnya. Ia mengenakan penutup kepala seperti seorang perampok. Setelah So Jung menjelaskan wilayah-wilayah di rumah itu, Seok Bong masuk sendirian.
Ia mengendap-endap menuju kamar Jong Heon.
Tanpa sengaja, ia berpapasan dengan Axe, anjing Jong Heon. Untunglah So Jung sudah memperingatkan Seok Bong agar membawa daging. Sogokan daging pada si anjing bisa membuatnya diam dan tidak menggonggong.
Seok Bong masuk ke kamar Jong Heon saat Jong Heon sedang mandi. Ia ketakutan setengah mati.
"Presiden, ini aku, Choi Seok Bong." kata Seok Bong seraya membuka penutup kepalanya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jong Heon. "Keluar sekarang! Jika tidak, aku akan memanggil polisi!"
Jong Heon hendak berteriak memanggil seseorang, tapi Seok Bong menutup mulutnya. "Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." katanya.
"Baikklah, tunjukkan padaku." kata Jong Heon.
Seok Bong melepaskan Jong Heon dan membuka kemejanya.
cr :http://princess-chocolates.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar